FASE-FASE
KETRAMPILAN MOTORIK
OLEH:
Mr. Johnphony
Mr. Johnphony
FASE KETRAMPILAN MOTORIK TINGKAT PERTAMA
Fase belajar motorik adalah
suatu fase yang manggambarkan keadaan penguasaan keterampilan motorik seseorang
dalam dalam melaksanakan gerakan-gerakan olah raga.
Kemampuan seseorang untuk
dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik olah raga berbeda-beda,yang
disebabkan oleh antara lain :
- Perbedaan kemampuan kondisi dan
koordinasi yang dimiliki
- Perbedaan usia
- Perbedaan pengalaman gerakan
- Perbedaan jenis kelamin
- Perbedaan kognitif,
- Frekwensi latihan dan
sebagainya
Pembagian fase-fase belajar
motorik bukan berdasarkan pada tingkat usia,melainkan pada tingkat kemampuan
seseorang dalam penguasaan keterampilan-keterampilan motorik olahraga dalam
melaksanakan gerakan-gerakan.
Ciri-ciri umum kemampuan fase belajar motorik
tingkat pertama
Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat
pertama adalah penguasaan kemampuan motorik dalam bentuk kasar,seseorang yang
berada pada fase ini hanya mampu melaksanakan gerakan-gerakan yang dituntut
bila situasi dan kondisi mendukung.
Ciri-ciri khusus atau yang banyak dilihat.
· Struktur dasar gerakan tersebut diperlihatkan
dalam bentuk yang kasar.
· Irama gerakan :
Kesalahan dalam irama
gerakan disebabkan oleh:
1. Individu yang belajar belum
memiliki pengalaman dan simpanan
2. Belum dapat mengatur dan
mengimpulskan tenaga sesuai dengan kebutuhan otot-otot yng bekerja.
· Hubungan gerakan
Hubungan gerakan dari
bagian-bagian grerakan dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain masih
belum terkoordinir dengan baik.
· Luas gerakan
Disebabkan karana kemampuan
koordinasinya yang memang masih belum terbentuk,dengan demikian prinsip
efisiensi dan efektefitas baik dari segi tenaga,waktu dan ruangan yang terpakai
belum dapat direalisasikan.
· Kelancaran gerakan /aliran gerakan
Aliran gerakan yang
ditampilkan masih belum lancar,yaitu masih tersendat-sendat.kurangnya kecepatan
dan percepatan tersebut disebabkan karena pengaruh impuls/tenaga yang
diberikan.
· Kecepatan gerakan
Belum memiliki kecepatan
gerakan yang baik yaitu masih bersifat lamban dan kaku.
· Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Kekonstanan gerakan yang
dimiliki oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama ini boleh
dikatakan tidak ada karenakemampuan yang dimiliki belum stabil atau belum dapat
diukur.
· Bayangan gerakan
Bayangan gerakan yang
berhasil dibangun oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama masih
kurang lengkap
· Program gerakan
Artinya program gerakan
baru memuat komponen-komponen gerakan yang bersifat umum atau yang
penting-penting sajadan belum terperinci.
Ciri-ciri kemampuan
penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat pertama.
Ciri-ciri pada fase belajar
tingkat pertama dapat dilihat pada aspek penerimaan dan pengolahan informasi.
Dalam pelaksanaan aksi-aksi
motorik atau gerakan-gerakan olahraga ada 5 indra penerima informasi yaitu :
visual (penglihatan), akustik (penalaran), taktil (kulit), kinestik (otot), dan
vetibular (alat keseimbangan).
Kelima indra itu tidak
hanya berperan dalam penerimaan informasi tetapi juga berperan dalam penerimaan
feedback,yaitu tentang gerakan yang sedang berlansung.
Berdasarkan feedback ini
dapat dilakukan pengendalian dan pengaturan-pengaturan gerakan-gerakan yang
sedang dilakukan misalnya:pengaturan tentang impuls-impuls
kekuatan,penmgaturan,dan pengendalian arahgerakan.
Implikasi ciri-ciri fase
belajar motorik tingkat pertama ke dalam proses pembelajaran
peran guru pendidikan
jasmani sangat lah menentukan pada keberkasilan peserta didik dalam melakukan
gerakan yang diajarkan.
FASE BELAJAR KETRAMPILAN MOTORIK OLAHRAGA
TINGKAT KE DUA
Ciri-ciri umum fase belajar
motorik tingkat kedua ini adalah peningkatan penguasaan kemampuan koordinasi secara
halus, yaitu kualitas gerakan yang dilakukan sudah meningkat.
Perkembangan proses belajar
pada fase ini datandai oleh beberapa kemajuan dan diwarnai oleh beberapa
permasalahan.kemajuan-kemajuan yang diproleh antara lain dapat dilihat dari
semakin meningkatnya kualitas gerakan.
Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat
kedua
Struktur dasar gerakan
Irama gerakan
Hubungan gerakan
Luas gerakan
Kelancaran gerakan
Kecepatan gerakan
Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Bayangan dan program gerakan
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan
informasi fase belajar tingkat kedua
Dalam belajar motorik ada lima indera
penerima informasi antara lain :
- Mata ( Visueller Analisator )
- Kulit ( Taktiler Analisator )
- Otot-otot ( Kinesthetischer
Analisator )
- Telinga ( Akusticher Analisator
)
- Alat keseimbangan yang terletak
pada bagian dalam telinga ( Statico dynamisator )
Kelima indera penerima
informasi tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu :
1.
Alat penerima informasi dari luar
Yaitu informasi yang datang
dari luar atau dari lingkungan sipelaku gerakan itu sendiri. Diantaranya :
mata, telinga dan kulit.
2.
Alat penerima informasi dari bagian dalam
Yaitu informasi yang
berasal dari dalam diri sipelaku gerakan itu sendiri tentang jalannya gerakan
baik yang sedang berlangsung. Diantaranya : otot-otot dan staticodynamisator.
Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat kedua
dan implikasinya kedalam proses pembelajaran
Fase belajar tingkat kedua menuntut aktifitas
belajar yang tinggi,untuk dapat melaksanakannya dibutuhkan
persiapan-persiapan yang tinggi dari peserta didik.kesiapan yang dimaksud
antaralain:
- Kesiapan dalam melakukan
pengulangan-pengulangan latihan
- Kesiapan dalam menerima beban
kerja fisik
- Kesiapan untuk berkonsentrasi
penuh
- Serta kesiapan untuk turut
aktif dalam proses berfikir
.Jadi tugas utama dari guru pendidikan
jasmani dalam hal ini adalah melakukan analisis kesalahan-kasalahan gerakan
yang terjadi pada setiap fase gerakan.sehingga peserta didik akan selalu
melakukan pengendalian dan pengaturan kembali penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi selama gerakan itu berlansung.
FASE BELAJAR KETRAMPILAN MOTORIK OLAHRAGA
TINGKAT KETIGA
Ciri-ciri umum fase belajar
motorik tingkat ketiga
Ciri-ciri umum fase belajar tingkat ketiga
dapat digambarkan sebagai berikut:
Kemampuan prestasi seseorang yang berada pada
fase belajar tingkat ketiga lebih stabil,dan kestabilan prestasi tersebut dapat
dilakukan dengan konstan,walaupun dibawah situasi dan kondisi tempat
palaksanaan gerakan yang dipersulit.
Peningkatan yang terjadi dalam berbagai aspek
antaralain :
· Perbaikan dalam
mengantisipasi suatu situasi dan kondisi
· Perbaikan peran analisator
kinentetik,sehingga dapat mengendalikan dan mengatur impuls-impuls tenaga pasa
otot-otot yang bekerja sesuai dengan kebutuhan
· Perbaikan peran dan fungsi
nindra penerima informasi
· Perbaikan-perbaikan dalam
pengolahaninformasi yang diterima.
Ciri umum berikutnya pada fase belajar
tingkat ketiga kestabilan prestasi atau unjuk kerja,individu yang berada pada
fase ini mampu melakukan gerakan-gerakan yang sama secara
berulang-ulang,sedangkan kualitas gerakan yang ditampilkan pada setiap kali
pengulangan cukup konstan.
Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat
ketiga
Terbentuknya kemampuan automatisasi
Bayangan dan konstruksi bayangan gerakan
Irama gerakan
Pada fase belajar tingkat ketiga ini
pelaksanan gerakan terlihat semakin mulus dan lancar,sehingga gerakan-gerakan
yang dilakukan cukup efesien dan efektif baik dalam hal pemakaian
ruangan,maupun waktu dan tenaga.
Kecepatan gerakan
Keistimewaan khusus yang dimiliki pada fese
belajar tingkat ketiga adalah kemampuannya untuk memanipulasi bentuk-bentuk
gerakan.kemampuan untuk melakukan gerak tipu yang tepat hanya dapat dilakukan
oleh individu yang memiliki kemampuan antisipasi situasi dan kondisi yang
akurat.
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan
informasi fase belajar tingkat ketiga
Ciri-ciri khusus kemampuan penerimaan dan
pengolahan informasi individu yang berada pada fase belajar tingkat ketiga
adalah semakin meningkatnya peran dan fungsi analisator informasi
kinestetik(otot).
Ciri-ciri lain dari kemampuan penerimaan dan
pengolahan informasi fase belajar tingkat ketiga ditandai dengan semakin
meningkatnya peran dan fungsi serta kepekaan alat-alat analisator yang lain
seperti: mata, kulit, telinga (staticodynamisator), maka individu yang berada
fase ini dapat menerima umpan balik secara lebih banyak dan rinci tentang
jalannya suatu gerakan baik yang sedang berlansung,maupun yang baru selesai
dilaksanakan.
Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat ketiga
dan implikasinya kedalam proses pembelajaran
Fase belajar tingkat ketiga merupakan suatu
fase untuk menstabilkan kemampuan koordinasi halus yang telah dikuasai.
Bentuk latihan lain yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran untuk peserta didik yang berada pada fase ini adalah
latihan dalam bentuk mental-traning.
Latihan-latihan mental akan dapat membantu
peserta didik dalam meningkatkan:
· Kemampuan mengantisipasi
perubahan situasi yang akan terjadi dan efek dari perubahan tersebut
· Kemampuan ketetapan gerakan
· Kemampuan melaksanakan
gerakan secara ekonomis,baik dari segi waktu,tenaga,maupun
ruangan yang dipakai
· Kemampuam ketetapan pengambilan
keputusan
KOORDINASI GERAK
Koordinasi
gerak dilihat sebagai pengatur terhadap proses-proses motorik terutama terhadap
kerja otot-otot yang diatur melalui sistem persyarafan atau disebut dangan
intra muskulare koordination.
Koordinasi gerak meliputi pengkoordinasian
kerja otot-otot yang terlibat dalam suatu pelaksanaan gerakan.pengkoordinasian
tersebut diatur sedemikian rupa oleh sistem persyarafan.
Yang diatur disini adalah :penyesuaian
komponen-komponen kekuatan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh otot dalam
pelaksanaan gerak sesuai dangan kebutuhan setiap bagian gerak.
Struktur dasar gerakan
Kata struktur diartikan secara sederhana
sebagai suatu susunan tertentu maka struktur garak dapat diartikan sebagai
strukur gerakan.atau dapat diterjemahkan sebagai susunan dasar dari suatu
gerakan atau susunan yang selalu ada dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Irama gerakan
Iram gerak adalah ciri-ciri yang
menggambarkan ketepatan antara pelaksanaan bagian-bagian gerak dengan dimensi
ruang dan waktu yang digunakan atau yang diperlukan pada setiap gerakan.
Untuk mendapatkan kemampuan irama gerakan
yang baik,pada dasarnya harus dalakukan latihan-latihan secara berulang-ulang
terhadap bentuk-bentuk gerakan yang sama
Hubungan gerakan
Hubungan gerakan adalah:suatui
proses transfer impuls tenaga dari suatu bagian tubuh yang lain
atau proses transfer impuls dari suatu alat gerak ke alat gerak lain.sehingga
terjadi hubungan gerakan.
Indikator yang dapat diamati dari hubungan
gerakan yang tidak sempurna adalah :
- Terjadinya kelebihan gerakan
yang tidak diperlukan yang mengakibatkan terganggunya transfer impuls
tenaga untuk gerakan
- Kelebihan gerakan tersebut
diakibatkan olehimpuls tenaga yang diberikan terlalu besar dari yang
dibutuhkan.
- Luas
gerakan
Luas gerakan adalah : luasnya ruangan atau
lintasan yang terpakai dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Indikator-indikator yang dapat diamati untuk
mengetahui kesalahan luas gerakan antara lain :
- Pemakaian luas gerakan untuk
pelaksanaan suatu gerakan tidak stabil
- Frekwensi gerakan yang terlalu
rendah dapat disebabkan karena ruangan yang terpakai untuk pelaksanaan
suatu gerakan terlalu luas,sehinggawaktu yang dibutuhkan juga berlebih
dari yang semestinya
- Frekwensi gerakan yang terlalu
tinggi misalnya dalam berlari atau berenang dapat disebabkan oleh ruangan
yang terpakai terlalu sempit
- Irama gerakan tidak konstan
Kelancaran gerakan
Penyebab kesalahan gerakan atau tidak
lancarnya gerakan adalah : kemampuan kondisi (kekuatan,kecepatan,dan daya
tahan)dan kemampuan koordinasi yang masih kurang,serta ketidak
lengkapan,ketidak mengertian individu terhadap informasi tentang gerakan yang
harus dalaksanakan.
Kelancaran gerakan atau aliran gerakan adalah
suatu ciri-ciri yang menggambarkan kontinuitas dari jalannya suatu gerakan.
Untuk dapat melihat kelancaran
gerakan,indikator yang dapat diamati adalah :
· Kontinuitas jalannya
gerakan
· Kecepatan atau percepatan
gerakan (terlalu cepat atau terlalu lambat)
Kecepatan gerakan
Dalam pelaksanan suatu gerakan,kecepatan
merupakan salahsatu ciri-ciri koordinasi gerakan yang perlumendapatkan
perhatian,hal ini disebabkan karena kecepatan sangat menentukan hasil yang
ingin dicapai.
Untuk dapat memanfaatkan kecepatan gerakan
secara optimal memang sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti :
kemampuan mengantisipasi gerakan,kelancaran gerakan dan hubungan gerakan.
Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Ketepatan dan kekonstanan gerakan sangat
menentukan sekali terhadap hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan gerakan.
Ketepatan gerakan dalam artian proses adalah
: ketepatan jalannya suatu rangkaian gerakan baik dilihat dari struktur dalam
gerakan maupun dilihat dari sistematika gerakan.
Sedangkan ketetapan produk adalah : suatu
hasil yang diperoleh dari aktivfitas atau gerakn.
Menurut MEINEL (1977,HAL
180) mengartikan ketepatan gerakan sebagai ketepatan atau kesatuan antara
perencanaan gerakan dengan hasil yang diperoleh. Pengertiannya adalah bahwa
setiap pelaksanaan gerakan selalu didahului oleh suatu gerakan yang
direncanakan pada pusat susunan syaraf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar